Pages

Cagar Budaya Megalitik Masyarakat Alor

Alor adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), terletak paling timur dalam gugusan kepulauan di sebelah utara wilayah NTT.

Cagar Alam Penanjung

Objek wisata ini merupakan satu-satunya objek wisata hutan yang ada di Pangandaran, Kabupaten Ciamis.

Sejarah Jalan Braga

kata Braga berasal dari bahasa Sunda “Ngabaraga” yang artinya bergaya, nampang, atau mejeng. Braga waktu itu memang menjadi the place to see and to be seen.

Selasa, 01 April 2014

Sejarah Gunung Krakatau

Sejarah Gunung Krakatau
Gunung Krakatau

Gunung Krakatau terletak di perairan Selat Sunda, yaitu perairan antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera.Posisi tepatnya adalah 6' LS dan 105' BT. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung berapi di sana (Gunung Krakatau) yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat; awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di kawasan Samudera Hindia.

Suara letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Selat Sunda

Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global. Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya. Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.

Perkembangan Gunung Krakatau

Melihat kawasan Gunung Krakatau di Selat Sunda, para ahli memperkirakan bahwa pada masa purba terdapat gunung yang sangat besar di Selat Sunda yang akhirnya meletus dahsyat yang menyisakan sebuah kaldera (kawah besar) yang disebut Gunung Krakatau Purba, yang merupakan induk dari Gunung Krakatau yang meletus pada 1883. Gunung ini disusun dari bebatuan andesitik.

Catatan mengenai letusan Krakatau Purba yang diambil dari sebuah teks Jawa Kuno yang berjudul Pustaka Raja Parwa yang diperkirakan berasal dari tahun 416 Masehi. Isinya antara lain menyatakan:
“ Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula…. Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera ”

Pakar geologi Berend George Escher dan beberapa ahli lainnya berpendapat bahwa kejadian alam yang diceritakan berasal dari Gunung Krakatau Purba, yang dalam teks tersebut disebut Gunung Batuwara. Menurut buku Pustaka Raja Parwa tersebut, tinggi Krakatau Purba ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran pantainya mencapai 11 kilometer.

Akibat ledakan yang hebat itu, tiga perempat tubuh Krakatau Purba hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda. Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata Kecil dan Pulau Sertung. Letusan gunung ini disinyalir bertanggung- jawab atas terjadinya abad kegelapan di muka bumi. Penyakit sampar bubonic terjadi karena temperatur mendingin. Sampar ini secara signifikan mengurangi jumlah penduduk di muka bumi.

Munculnya Gunung Krakatau


Pulau Rakata, yang merupakan satu dari tiga pulau sisa Gunung Krakatau Purba kemudian tumbuh sesuai dengan dorongan vulkanik dari dalam perut bumi yang dikenal sebagai Gunung Krakatau (atau Gunung Rakata) yang terbuat dari batuan basaltik. Kemudian, dua gunung api muncul dari tengah kawah, bernama Gunung Danan dan Gunung Perbuwatan yang kemudian menyatu dengan Gunung Rakata yang muncul terlebih dahulu. Persatuan ketiga gunung api inilah yang disebut Gunung Krakatau.

Erupsi 1883

Pada hari Senin, 27 Agustus 1883, tepat jam 10.20, terjadi ledakan pada gunung tersebut. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic mengatakan bahwa ledakan itu adalah yang paling besar, suara paling keras dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern. Suara letusannya terdengar sampai 4.600 km dari pusat letusan dan bahkan dapat didengar oleh 1/8 penduduk bumi saat itu.

Menurut para peneliti di University of North Dakota, ledakan Krakatau bersama ledakan Tambora (1815) mencatatkan nilai Volcanic Explosivity Index (VEI) terbesar dalam sejarah modern. The Guiness Book of Records mencatat ledakan Krakatau sebagai ledakan yang paling hebat yang terekam dalam sejarah.

Ledakan Krakatau telah melemparkan batu-batu apung dan abu vulkanik dengan volume 18 kilometer kubik. Semburan debu vulkanisnya mencavai 80 km. Benda-benda keras yang berhamburan ke udara itu jatuh di dataran pulau Jawa dan Sumatera bahkan sampai ke Sri Lanka, India, Pakistan, Australia dan Selandia Baru.

Letusan itu menghancurkan Gunung Danan, Gunung Perbuwatan serta sebagian Gunung Rakata dimana setengah kerucutnya hilang, membuat cekungan selebar 7 km dan sedalam 250 meter. Gelombang laut naik setinggi 40 meter menghancurkan desa-desa dan apa saja yang berada di pesisir pantai. Tsunami ini timbul bukan hanya karena letusan tetapi juga longsoran bawah laut.

Tercatat jumlah korban yang tewas mencapai 36.417 orang berasal dari 295 kampung kawasan pantai mulai dari Merak (Serang) hingga Cilamaya di Karawang, pantai barat Banten hingga Tanjung Layar di Pulau Panaitan (Ujung Kulon serta Sumatera Bagian selatan. Di Ujungkulon, air bah masuk sampai 15 km ke arah barat. Keesokan harinya sampai beberapa hari kemudian, penduduk Jakarta dan Lampung pedalaman tidak lagi melihat matahari. Gelombang Tsunami yang ditimbulkan bahkan merambat hingga ke pantai Hawaii, pantai barat Amerika Tengah dan Semenanjung Arab yang jauhnya 7 ribu kilometer.

Sumber Disini

Sejarah Kota Bandung



Kota Bandung adalah ibu kota provinsi Jawa Barat. Kota ini pada zaman dahulu dikenal sebagai Parijs van Java (bahasa Belanda) atau “Paris dari Jawa”. Karena terletak di dataran tinggi, Bandung dikenal sebagai tempat yang berhawa sejuk. Hal ini menjadikan Bandung sebagai salah satu kota tujuan wisata. Sedangkan keberadaan perguruan tinggi negeri dan banyak perguruan tinggi swasta di Bandung membuat kota ini dikenal sebagai salah satu kota pelajar di Indonesia.

Etimologi

Kata “Bandung” berasal dari kata bendung atau bendungan karena terbendungnya sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu yang lalu membentuk telaga.Namun bagi orang-orang tua di Bandung mengatakan bahwa nama “Bandung” diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua buah perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung yang digunakan oleh bupati R.A. Wiranatakusumah II untuk melayari sungai Citarum dalam mencari tempat sebagai ibukota yang baru untuk menggantikan ibukota yang lama yakni bernama Dayeuhkolot.

Bendera


Bendera yang digunakan oleh Kota Bandung adalah berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara Kota Besar Bandung tanggal 8 Juni 1953, Nomor 9938/53.
Bentuk bendera tersebut adalah seperti yang tercantum pada diktum Keputusan tersebut di atas sebagai berikut:
  1. Bendera yang dipergunakan oleh Kota Besar Bandung adalah tiga bidang jalur mendatar, masing-masing berturut-turut dari atas ke bawah berwarna hijau, kuning, dan biru.
  2. Perbandingan-perbandingan antara lebarnya dan jalur-jalur tersebut di bawah huruf ‘a’ urutan dari atas ke bawah adalah 2:1:1.
  3. Perbandingan antara panjang dan lebarnya berbeda itu 7:5.
Referensi : Bendera Kota Bandung

Sejarah

  • 1488 – Bandung didirikan sebagai bagian dari Kerajaan Pajajaran.
  • 1799 – VOC mengalami kebangkrutan sehingga wilayah kekuasaannya di Nusantara diambilalih oleh pemerintah Belanda. Saat itu Bandung dipimpin oleh Bupati R.A. Wiranatakusumah II.
  • 1808 – Belanda mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Nusantara setelah ditinggalkan VOC.
  • 1809 – Bupati memerintahkan pemindahan ibu kota dari Karapyak ke daerah Cikapundung dan Andawadak (Tanjungsari).
  • 1810 – Daendels menancapkan tongkat di pinggir sungai Cikapundung yang berseberangan dengan alun-alun sekarang. “Zorg, dat als ik terug kom hier een stad is gebouwd!” (Usahakan, bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun!”). Sekarang tempat itu menjadi titik pusat atau KM 0 kota Bandung.
  • 25 Mei 1810 – Daendels meminta bupati Bandung dan Parakanmuncang memindahkan ibukota ke wilayah tersebut.
  • 25 September 1810 – Daendels mengeluarkan surat keputusan pindahnya ibu kota Bandung dan sekaligus pengangkatan Raden Suria sebagai Patih Parakanmuncang. Sejak peristiwa tersebut 25 September dijadikan sebagai hari jadi kota Bandung dan R.A. Wiranatakusumah sebagai the founding father. Sekarang nama tersebut diabadikan menggantikan jalan Cipaganti, di mana wilayah ini menjadi rumah tinggal bupati sewaktu ibu kota berpindah ke alun-alun sekarang.
  • 24 Maret 1946 – Pembumihangusan Bandung oleh para pejuang kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan ‘Bandung Lautan Api’ dan diabadikan dalam lagu “Halo-Halo Bandung”.
  • 1955 – Konferensi Asia-Afrika diadakan pada tanggal 18 April 1955 di Gedung Merdeka yang dahulu bernama “Concordia” yang berlokasi di Jl. Asia Afrika, berseberangan dengan hotel Savoy Homann.
  • 2005 – KTT Asia-Afrika 2005
  • Pada tahun 2006 Bandung mendapatkan predikat kota terkotor dari pemerintah, hal ini bertalian erat dengan status darurat sampah yang sempat terjadi di Bandung pada tahun tersebut.

Geografi

Bandung terletak di koordinat 107° BT dan 6° 55’ LS. Luas Kota Bandung adalah 16.767 hektare. Kota ini secara geografis terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat. Dengan demikian, Bandung mempunyai nilai strategis terhadap daerah-daerah di sekitarnya.
Kota Bandung terletak di ketinggian ±768 m di atas permukaan laut rata-rata (mean sea level). Daerah utara Kota Bandung pada umumnya lebih tinggi daripada daerah selatan. Rata-rata ketinggian di sebelah utara adalah ±1050 dpl, sedangkan di bagian selatan adalah ±675 dpl. Bandung dikelilingi oleh pegunungan yang membuat Bandung menjadi semacam cekungan (Bandung Basin).
Kota Bandung dialiri dua sungai utama, yaitu Sungai Cikapundung dan Sungai Citarum beserta anak-anak sungainya yang pada umumnya mengalir ke arah selatan dan bertemu di Sungai Citarum. Dengan kondisi yang demikian, Bandung selatan sangat rentan terhadap masalah banjir.

Tempat yang sering dikunjungi

Jalan Asia-Afrika. Di jalan ini terdapat gedung tempat berlangsungnya konferensi Asia-Afrika tahun 1955
Jalan Asia-Afrika
Bandung dikenal dengan sejumlah besar bangunan lama berasitektur Belanda, antara lain:
  • Gedung Sate, kini berfungsi sebagai kantor Pemerintah Provinsi Jawa Barat;
  • Hotel Savoy Homann;
  • Gedung Dwi Warna;
  • Gedung SMA Negeri 2 Bandung;
  • Gedung SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 3 Kota Bandung;
  • Gedung SMP Negeri 5 Bandung;
  • Gedung SMA Negeri 8 Bandung;
  • Gedung Bala Keselamatan;
  • Gedung SMP Negeri 2 Bandung;
  • Gedung SMA PASUNDAN 2 CIMAHI;
  • Gedung Kantor Pos Besar Kota Bandung;
  • Gedung Merdeka dan Museum Asia-Afrika, tempat berlangsungnya Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1955;
  • Gedung Pakuan, kini menjadi tempat tinggal resmi Gubernur Jawa Barat;
  • Monumen Bandung Lautan Api, tempat peringatan Bandung Lautan Api;
  • Gedung Indonesia Menggugat, tempat Ir. Soekarno menyampaikan pledoinya yang fenomenal (Indonesia Menggugat) pada masa penjajahan Belanda;
  • Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan;
  • Museum Geologi Bandung;
  • Museum Wangsit Mandala Siliwangi;
  • Institut Teknologi Bandung;
  • Villa Isola, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI);
  • Stasiun Hall, stasiun kereta api;
  • beberapa bangunan lama di jalan Braga;
  • Kebun Binatang Bandung;
  • Observatorium Bosscha, di Lembang;
  • pusat perbelanjaan Cihampelas dan Cibaduyut;
  • Lembang, daerah sejuk di Bandung Utara.
Selain mengunjungi gedung-gedung bersejarah tersebut, banyak aktivitas menarik yang dapat dilakukan di Kota Bandung, seperti
  • wisata kuliner di daerah Bandung Utara dan Lembang;
  • wisata alam di daerah Bandung Selatan, Bandung Utara, dan Lembang;
  • wisata alam permandian air panas di Maribaya;
  • wisata budaya Saung Angklung Udjo Padasuka 118 Saung Angklung Udjo;
  • wisata alam di kawah gunung Tangkuban Perahu.
Aktivitas menarik lain yang saat ini menjadi gaya mutakhir tersendiri di masyarakat adalah mengunjungi pusat barang bekas di Pasar Gede Bage, daerah Dalem Kaum, dan beberapa toko yang secara khusus juga menyediakan barang-barang bekas pakai dengan harga murah, seperti: Babe, Rasek, dsb. Dan ada juga tempat yang menyediakan barang-barang dengan harga yang lebih murah dan biasanya barang tersebut dapat dibeli secara grosir, seperti : Pasar Baru (sekitar Alun-alun Bandung), Pasar Andir, Dll. Selain itu juga bisa mengunjungi toko-toko sepatu dan tas yang ada di Bandung, seperti Elizabeth, Edward Forrer, Kawasan Cibaduyut, dll.

Pusat Perbelanjaan

Berikut ini adalah daftar pusat perbelanjaan di Bandung, Jawa Barat:
  • Braga City Walk (Braga)
    • Braga 21 (bioskop)
  • Bandung Electronic Mall (Naripan)
    • Pusat jual beli telepon seluler
    • Pusat jual beli komputer dan elektronik
  • Bandung Indah Plaza (Merdeka)
    • Empire 21 (bioskop)
    • Hypermart (swalayan)
  • Bandung Supermall (Gatot Subroto)
    • BSM 21 (bioskop)
    • Metro (dept. store)
    • Pizza Hut’s (restoran)
  • Bandung Trade Center(Terusan Pasteur)
    • BTC XXI (bioskop)
    • KFC (restoran)
  • Bandung Trade Mall (Kiaracondong)
  • Carrefour Kiaracondong (Kiaracondong)
    • Carrefour (swalayan)
    • KFC (restoran)
    • Pizza Hut’s (restoran)
  • Cihampelas Walk (Cihampelas)
    • Ciwalk XXI (bioskop)
    • Premiere (bioskop)
    • Yogya department store (swalayan)
  • Cimahi Mall (Gandawijaya, Cimahi)
  • Flamboyant Center (Sukajadi)
    • Giant (swalayan)
  • Gyan Plaza (Terusan Pasirkoja)
  • Istana Bandung Electronic Center (Purnawarman)
    • Pusat jual beli telepon seluler.
    • Pusat jual beli komputer dan elektronik.
  • Istana Building Commodities Center (Ahmad Yani)
    • Pusat penjualan kebutuhan rumah dan bahan bangunan.
  • Istana Plaza (Pasirkaliki)
    • Gramedia (toko buku)
    • McDonalds (restoran)
  • ITC Kebon Kalapa (Pungkur)
  • Jatinangor Town Square (Jatinangor)
  • Kepatihan Plaza (Kepatihan)
    • Yogya (swalayan)
  • Kings Shopping Center 1 (Kepatihan)
    • Galaxy 21 (bioskop)
    • Hoka Hoka Bento
    • Matahari (dept. store)
  • Kings Shopping Center 2 (Kepatihan)
    • Matahari (dept. store)
  • M3Mall (Ahmad Yani)
    • Pusat penjualan, suku cadang dan perbaikan otomotif
  • Mall IITC Kopo (Kopo)
  • Mall Lingkar Selatan (Peta)
  • Mall Lucky Square (Kiaracondong)
    • Yogya department store (swalayan)
  • Metro Indah Mall (Margahayu)
    • Hypermart (swalayan)
  • Parahyangan Plaza (Dalem Kaum)
    • Pusat distribution outlet.
  • Paris van Java Mall (Sukajadi)
    • Blitz Megaplex (bioskop)
    • Carrefour (swalayan)
    • Gramedia (toko buku)
    • Sogo
  • Pasar Baru Trade Center (Otista)
    • Pusat barang murah
  • Paskal Hypersquare (Pasirkaliki)
  • Pasteur Hyperpoint (Pasteur)
    • Giant (swalayan)
    • Popeyes (restoran)
  • Planet Dago (Dago)
  • Plaza Cimahi (Cibabat, Cimahi)
  • Plaza Dago (Dago)
  • Plaza Pajajaran (Jatinangor)
  • Premiere Plaza (Cihampelas)
    • McDonalds (restoran)
  • Rajawali Plaza (Rajawali)
  • Riau Junction (Martadinata)
    • Yogya (swalayan)
  • Setrasari Plaza (Setrasari)
    • Griya (swalayan)
    • Hero (swalayan)
  • Surapati Core (Suci)

Transportasi

Angkot dan Bis

Warga Bandung biasanya menggunakan angkutan kota atau yang lebih akrab disebut angkot daripada taksi sebagai transportasi di dalam kota. Selain itu, bus kota juga menjadi alat transportasi warga terutama di jalan-jalan besar dan untuk rute-rute yang panjang.
Jika di Jakarta dibangun jalur Bus Way, di Bandung akan dibangun jalur TMB (Trans Metro Bandung). Jalur khusus bus itu akan melayani bus khusus dengan jurusan Cibiru-Cibeureum. TMB akan melintasi jalan Soekarna-Hatta dari ujung timur (Cibiru) ke ujung barat (Cibeureum) kota Bandung.

Pesawat

Bandung pun memiliki sebuah bandara internasional, yaitu Bandara Husein Sastranegara yang menghubungkan Bandung dengan kota-kota lainnya di Indonesia (Surabaya, Denpasar, Menado, Batam dan Medan) dan juga rute rute luar negeri yaitu Kuala Lumpur di Malaysia, dan Singapura.

Kereta

Bandung juga mempunyai dua stasiun kereta api terbesar, yaitu
  • Stasiun Bandung yang setiap harinya melayani rute Bandung-Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang untuk kelas Eksekutif, Bisnis dan kereta komuter.
  • Stasiun Kiaracondong untuk Kelas Ekonomi dan kereta komuter.
Selain 2 buah stasiun tadi, terdapat 5 stasiun KA lain di Bandung, yakni Cimindi, Andir, Ciroyom, Cikudapateuh, dan Gedebage.

Infrastruktur

Prasarana jalan di kota Bandung, antara lain, Jembatan Pasupati yang menghubungkan bagian utara dan timur Kota Bandung. Jembatan itu melewati lembah Cikapundung. Panjangnya 2,8 km dan lebarnya 30-60 m. Pada 25 Juni 2005 jembatan ini resmi dibuka. Jembatan ini rencananya akan menjadi land mark kota Bandung yang baru.
Bandung dapat pula di capai melalui jalan tol Padaleunyi yang menghubungkan Padalarang, Cimahi, Bandung sebelah selatan, dan Cileunyi. Selanjutnya, jalan tol yang menghubungkan Padalarang dan Purwakarta (Cipularang: Cikampek-Purwakarta-Padalarang) sudah dibangun. Jalan tol Cipularang digabungkan dengan Padaleunyi dan dinamai Purbaleunyi (Purwakarta-Bandung-Cileunyi). Jalan tersebut mempersingkat perjalanan antara Jakarta dan Bandung. Dengan adanya jalur ini, waktu tempuh Jakarta-Bandung hanya 1,5 jam sampai dengan 2 jam. Jalan tol yang menghubungkan Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) dan Soreang-Pasir Koja juga sedang dipertimbangkan untuk dibangun.

Media

Media cetak

  • Surat Kabar: Pikiran Rakyat, Galamedia, Radar Bandung, Tribun Jabar.
  • Majalah: Mangle, Galura, Cupumanik, Kujang, GREY!.
  • Media On Line:BeritaBeritaBandung.com Detik Bandung

Televisi

  • TVRI Jawa Barat. Stasiun televisi daerah pertama di Bandung
  • RCTI Bandung. Mulai 1 September 2008 kembali menayangkan acara regional Seputar Jabar yang tayang setiap Senin-Jumat, jam 06:00 wib
  • STV Bandung
  • Bandung TV
  • Padjadjaran TV
  • MQTV
  • CT Channel
  • Spacetoon Bandung (TV Anak)
  • IMTV

Radio

Bandung memiliki puluhan radio swasta yaitu:
  • AUTO RADIO 88.9 FM Auto & sportainment Channel
  • Ardan 105.9 FM
  • Chevy 103.5 FM
  • Delta 94.4 FM
  • Female 96.4 FM
  • Hard Rock 87.7 FM
  • I-Radio Bandung 105.1 FM
  • K-Lite 107.1 FM
  • Maestro 92.5 FM
  • Maraghita 106.7 FM
  • MGT 101.1 FM
  • MQ 102.7 FM
  • Ninetyniners 100.00 FM
  • OZ Radio 103.1 FM
  • Paramuda 93.7 FM
  • Prambors 98.4 FM
  • PRO 2 RRI Bandung 96.00FM
  • Raka 98.8 FM
  • Rase 102.3FM
  • SE 88.1 FM
  • Trijaya 91.3 FM
  • Zora 90.1

Klub olahraga

  • Persib Bandung (sepak bola) yang bermain di kompetisi Super Liga (Indonesia) 2008-2009
  • Pro Duta (sepak bola) yang bermain di kompetisi Divisi 1 Liga Indonesia 2008-2009
  • Bandung Raya (sepak bola) yang bermain di kompetisi Divisi 3 Liga Indonesia 2008
  • Saint Prima F.C. (sepak bola) yang bermain di kompetisi Divisi 3 Liga Indonesia 2008
  • 007 F.C. (sepak bola) yang bermain di kompetisi Divisi 3 Liga Indonesia 2008
  • Garuda Flexi (basket) yang bermain di kompetisi IBL
  • Bandung Tectona (bola voli)
  • SGS Electric (badminton)
  • Scorpio (basket)

Kota Kembar

  • Kota yang ingin berkerjasama dengan Bandung untuk menjadi Sister City adalah
    • Suwon
    • Fort Worth
    • Braunschweig
    • Yingko
    • Luizhou
    • Texas
    • Bega Valley
    • New South Wales

Masalah Pembangunan PLTSa di Bandung

Tahun 2009, rencananya Pusat Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di Gedebage akan selesai dibangun. Tapi, pembangunan PLTSa sempat diprotes warga karena kurang menguntungkan. Namun, setelah pasangan Dada Rosada dan Ayi Vivanda menang dalam Pilwalkot Bandung 2008 PLTSa tidak jadi dibangun.

Makanan Khas Bandung

Bandung sebagai salah satu tempat tujuan untuk wisata kuliner. Diantara makanan yang terkenal dari Bandung adalah:
  • Siomay
  • Batagor
  • Lomie
  • Mie Ceker Akung
  • Cendol Elizabeth
  • Surabi
  • Oncom
  • Goreng Tempe
  • Peuyeum Bandung
  • Colenak (Dicocol Enak )atau dalam bahasa Sunda sebagai “Beuleum peuyeum digulaan”.
  • Brownies Kukus (Brownies Amanda)
  • Cireng Isi (Terbuat dari sagu dengan bermacam isi didalamnya, seperti : keju, oncom, daging, dll)

Sumber Disini

Sejarah 13 Kali Perubahan Nama Kota Jakarta



Usia Jakarta nyaris 5 abad. Dari sebuah bandar kecil di muara Sungai Ciliwung, Jakarta kini berkembang menjadi kota metropolis. Tidak ada lagi rawa-rawa. Sejauh mata memandang, hanyalah gedung-gedung pencakar langit.

Tapi tahukah Anda? Jakarta yang kini menginjak usia 484 tahun sudah 13 kali berganti nama. Data Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyebutkan, cikal bakal Jakarta adalah sebuah kota bernama Kalapa. Laporan para penulis Eropa di abad 16 menyebutkan, Kalapa saat itu menjadi bandar utama kerajaan Hindu bernama Sunda yang ibukotanya Padjajaran.

Namun pada 22 Juni 1527, Fatahillah yang kemudian menjadi penguasa mengganti nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta. Sesuai Keputusan DPR Kota Sementara No. 6/D/K/1956, tanggal itu kemudian dicanangkan sebagai hari jadi kota Jakarta.

Berikut nama-nama yang pernah menjadi sebutan untuk Jakarta:

1. Pada Abad ke-14 bernama Sunda Kelapa sebagai pelabuhan Kerajaan Pajajaran

2. Tanggal 22 Juni 1527 oleh Fatahilah, diganti nama menjadi Jayakarta

3. Tanggal 4 Maret 1621 oleh Belanda untuk pertama kali bentuk pemerintah kota bernama Stad Batavia

4. Tanggal 1 April 1905 berubah nama menjadi 'Gemeente Batavia'

5. Tanggal 8 Januari 1935 berubah nama menjadi Stad Gemeente Batavia

6. Tanggal 8 Agustus 1942 oleh Jepang diubah namanya menjadi Jakarta Toko Betsu Shi

7. Pada September 1945 pemerintah kota Jakarta diberi nama Pemerintah Nasional Kota Jakarta

8. Tanggal 20 Februari 1950 dalam masa Pemerintahan Pre Federal berubah nama menjadiStad Gemeente Batavia

9. Tanggal 24 Maret 1950 diganti menjadi Kota Praj'a Jakarta

10. Tanggal 18 Januari 1958 kedudukan Jakarta sebagai daerah swatantra dinamakan Kota Praja Djakarta Raya

11. Tahun 1961 dengan PP No. 2 tahun 1961 jo UU No. 2 PNPS 1961 dibentuk Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya

12. Tanggal 31 Agustus 1964 dengan UU No. 10 tahun 1964 dinyatakan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia dengan nama Jakarta.

13. Tahun1999, melalaui UU No 34 tahun 1999 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta, sebutan pemerintah daerah berubah menjadiPemerintah Provinsi DKI Jakarta, dengan otonominya tetap berada di tingkat provinsi dan bukan pada wilayah kota. Selain itu wilayah DKI Jakarta dibagi menjadi 6, yakni 5 wilayah kotamadya dan satu kabupaten administratif Kepulauan Seribu

Sumber Disini

Senin, 17 Maret 2014

Suku Kaili Sulawesi Tengah


Suku Kaili adalah suku bangsa di Indonesia yang secara turun-temurun mendiami daerah Lembah Palu, Parigi, Teluk Tomini, dan pesisir Tojo, Ampana, dan Poso. Suku Kaili tersebar mendiami sebagian besar dari Provinsi Sulawesi Tengah, khususnya wilayah Kabupaten Donggala, Kabupaten Sigi, dan Kota Palu, di seluruh daerah di lembah antara Gunung Gawalise, Gunung Nokilalaki, Kulawi, dan Gunung Raranggonau.
Mereka juga menghuni wilayah pantai timur Sulawesi Tengah, meliputi Kabupaten Parigi-Moutong, Kabupaten Tojo-Una Una dan Kabupaten Poso. Masyarakat suku Kaili mendiami kampung/desa di Teluk Tomini yaitu Tinombo,Moutong,Parigi, Sausu, Ampana, Tojo dan Una Una, sedang di Kabupaten Poso mereka mendiami daerah Mapane, Uekuli dan pesisir Pantai Poso. Untuk menyatakan "orang Kaili" disebut dalam bahasa Kaili dengan menggunakan prefix "To" yaitu To Kaili.

Ada beberapa pendapat yang mengemukakan etimologi dari kata Kaili, salah satunya menyebutkan bahwa kata yang menjadi nama suku Kaili ini berasal dari nama pohon dan buah Kaili yang umumnya tumbuh di hutan-hutan dikawasan daerah ini, terutama di tepi Sungai Palu dan Teluk Palu. Pada zaman dulu, tepi pantai Teluk Palu letaknya menjorok l.k. 34 km dari letak pantai sekarang, yaitu di Kampung Bangga. Sebagai buktinya, di daerah Bobo sampai ke Bangga banyak ditemukan karang dan rerumputan pantai/laut. Bahkan di sana ada sebuah sumur yang airnya pasang pada saat air di laut sedang pasang demikian juga akan surut pada saat air laut surut.

Menurut cerita (tutura), dahulu kala, di tepi pantai dekat Kampung Bangga tumbuh sebatang pohon kaili yang tumbuh menjulang tinggi. Pohon ini menjadi arah atau panduan bagi pelaut atau nelayan yang memasuki Teluk Palu untuk menuju pelabuhan pada saat itu, Bangga.

Suku Kaili mengenal lebih dari dua puluh bahasa yang masih hidup dan dipergunakan dalam percakapan sehari-hari. Uniknya, di antara kampung yang hanya berjarak 2 km kita bisa menemukan bahasa yg berbeda satu dengan lainnya. Namun demikian, suku Kaili memiliki lingua franca, yang dikenal sebagai bahasa Ledo. Kata "Ledo" ini berarti "tidak". Bahasa Ledo ini dapat digunakan berkomunikasi dengan bahasa-bahasa Kaili lainnya. Bahasa Ledo yang asli (belum dipengaruhi bahasa para pendatang) masih ditemukan di sekitar Raranggonau dan Tompu. Sementara, bahasa Ledo yang dipakai di daerah kota Palu, Biromaru, dan sekitarnya sudah terasimilasi dan terkontaminasi dengan beberapa bahasa para pendatang terutama bahasa Bugis dan bahasa Melayu.

Bahasa-bahasa yang masih dipergunakan dalam percakapan sehari-hari, yaitu bahasa Tara (Talise,Lasoani,Kavatuna dan Parigi), bahasa Rai (Tavaili sampai ke Tompe), bahasa Doi (Pantoloan dan Kayumalue); bahasa Unde (Ganti,Banawa,Loli,Dalaka, Limboro,Tovale dan Kabonga), bahasa Ado (Sibalaya, Sibovi,Pandere, bahasa Edo (Pakuli,Tuva), bahasa Ija (Bora, Vatunonju), bahsa Da'a (Jono'oge), bahasa Moma (Kulavi), dan bahasa Bare'e (Tojo, Unauna dan Poso). Semua kata dasar bahasa tersebut berarti "tidak".
[sunting] Kehidupan

Mata pencaharian utama masyarakat Kili adalah bercocok tanam disawah,diladang dan menanam kelapa. Disamping itu masyarakat suku Kaili yang tinggal didataran tinggi mereka juga mengambil hasil bumi dihutan seperti rotan,damar dan kemiri, dan beternak. Sedang masyarakat suku Kaili yang dipesisir pantai disamping bertani dan berkebun, mereka juga hidup sebagai nelayan dan berdagang antar pulau ke kalimantan.

Makanan asli suku Kaili pada umumnya adalah nasi, karena sebagian besar tanah dataran dilembah Palu, Parigi sampai ke Poso merupakan daerah persawahan. Kadang pada musim paceklik masyarakat menanam jagung, sehingga sering juga mereka memakan nasi dari beras jagung (campuran beras dan jagung giling).

Alat pertanian suku Kaili diantaranya : pajeko (bajak), salaga (sisir), pomanggi, pandoli(linggis), Taono(parang); alat penangkap ikan diantaranya: panambe, meka, rompo, jala dan tagau.

Budaya

Sebagaimana suku-suku lainnya diwilayah persada Nusantara, Suku Kaili juga mempunyai adat istiadat sebagai bagian kekayaan budaya didalam kehidupan sosial, memiliki Hukum Adat sebagai aturan dan norma yang harus dipatuhi, serta mempunyai aturan sanksi dalam hukum adat.

Penyelenggaraan upacara adat biasanya dilaksanakan pada saat pesta perkawinan (no-Rano, no-Raego, kesenian berpantun muda/i),pada upacara kematian (no-Vaino,menuturkan kebaikan orang yg meninggal), pada upacara panen (no-Vunja, penyerahan sesaji kepada Dewa Kesuburan), dan upacara penyembuhan penyakit (no-Balia, memasukkan ruh untuk mengobati orang yg sakit); pada masa sebelum masuknya agama Islam dan Kristen, upacara-upacara adat seperti ini masih dilakuan dengan mantera-mantera yang mengandung animisme.

Setelah masuknya agama Islam dan Kristen, pesta perkawinan dan kematian sudah disesuaikan antara upacara adat setempat dengan upacara menurut agama penganutnya. Demikian juga upacara yang mengikuti ajaran Islam seperti: Khitan (Posuna), Khatam (Popatama) dan gunting rambut bayi usia 40 hari (Niore ritoya), penyelenggaraannya berdasarkan ajaran agama Islam.

Beberapa instrumen musik yang dikenal dalam kesenian suku Kaili antara lain : Kakula (disebut juga gulintang,sejenis gamelan pentatonis),Lalove (serunai), nggeso-nggeso (rebab berdawai dua), gimba (gendang), gamba-gamba (gamelan datar/kecil), goo(gong), suli (suling).

Salahsatu kerajinan masyarakat suku Kaili adalah menenun sarung. Ini merupakan kegiatan para wanita didaerah Wani,Tavaili, Palu, Tipo dan Donggala. Sarung tenun ini dalam bahasa Kaili disebut Buya Sabetetapi oleh masyarakat umum sekarang dikenal dengan Sarung Donggala. Jenis Buya Sabe inipun mempunyai nama-nama tersendiri berdasarkan motif tenunannya, seperti Bomba, Subi atau Kumbaja. Demikian juga sebutan warna sarung Donggala didasarkan pada warna alam,seperti warna Sesempalola / kembang terong (ungu), Lei-Kangaro/merah betet (merah-jingga), Lei-pompanga (merah ludah sirih).

Didaerah Kulawi masih ditemukan adanya pembuatan bahan pakaian yang diproses dari kulit kayu yang disebut Katevu. Pakaian dari kulit Kayu Katevu ini sebagian besar dipakai oleh para wanita dalam bentuk rok dan baju adat.

Sebelum masuknya agama ke Tanah Kaili, masyarakat suku Kaili masih menganut animisme, pemujaan kepada roh nenek moyang dan dewa sang Pencipta (Tomanuru), dewa Kesuburan (Buke/Buriro)dan dewa Penyembuhan (Tampilangi). Agama Islam masuk ke Tanah kaili, setelah datangnya seorang Ulama Islam, keturunan Datuk/Raja yang berasal dari Minangkabau bernama Abdul Raqi. Ia beserta pengikutnya datang ke Tanah Kaili setelah bertahun-tahun bermukim belajar agama di Mekkah. Di Tanah kaili, Abdul Raqi dikenal dengan nama Dato Karama (Datuk Keramat), karena masyarakat sering melihat kemampuan beliau yang berada diluar kemampuan manusia pada umumnya. Makam Dato Karama sekarang merupakan salah satu cagar budaya yang dibawah pengawasan Pemerinta Daerah.

Hubungan kekerabatan masyarakat suku Kaili sangat nampak kerjasama pada kegiatan-kegiatan pesta adat, kematian, perkawinan dan kegiatan bertani yang disebut SINTUVU (kebersamaan/gotong royong).

Pemerintahan

Pemerintahan pada masa dahulu, sudah dikenal adanya struktur organisasi pemerintahan didalam suatu Kerajaan (KAGAUA) dikenal adanya MAGAU (Raja), MADIKA MALOLO (Raja Muda). Didalam penyelenggaraan pemerintahan Magau dibantu oleh LIBU NU MARADIKA (Dewan Pemerintahan Kerajaan) yang terdiri dari: MADIKA MATUA (Ketua Dewan Kerajaan/Perdana Menteri) bersama PUNGGAWA (Pengawas Pelaksana Adat/ Urusan Dalam Negeri), GALARA (Hakim Adat), PABICARA (Juru Bicara), TADULAKO (Urusan Keamanan/ Panglima Perang) dan SABANDARA (Bendahara dan Urusan Pelabuhan).

Disamping dewan Libu nu Maradika, juga ada LIBU NTO DEYA (Dewan Permusyawaratan Rakyat) yang merupakan perwakilan Rakyat berbentuk KOTA PITUNGGOTA (Dewan yg Mewakili Tujuh Penjuru Wilayah) atau KOTA PATANGGOTA (Dewan yg Mewakili Empat Penjuru Wilayah). Bentuk Kota Pitunggota atau Kota Patanggota berdasarkan luasnya wilayah kerajaan yang memiliki banyaknya perwakilan Soki (kampung)dari beberapa penjuru. Ketua Kota Pitunggota atau Kota Patanggota disebut BALIGAU.

Strata sosial masyarakat Kaili dahulu mengenal adanya beberapa tingkatan yaitu MADIKA/MARADIKA, (golongan keturunan raja atau bangsawan),TOTUA NUNGATA (golongan keturunan tokoh-tokoh masyarakat), TO DEA (golongan masyarakat biasa), dan BATUA (golongan hamba/budak).

Pada zaman sebelum penjajahan Belanda, daerah Tanah Kaili mempunyai beberapa raja-raja yang masing2 menguasai daerah kekuasaanya, seperti Banawa, Palu, Tavaili, Parigi, Sigi dan Kulavi. Raja-raja tersebut mempunyai pertalian kekeluargaan serta tali perkawinan antara satu dengan lainnya, dengan maksud untuk mencegah pertempuran antara satu dengan lainnya serta mempererat kekerabatan.

Pada saat Belanda masuk kedaerah Tanah Kaili, Belanda mencoba mengadu domba antara raja yang satu dengan raja lainnya agar mempermudah Belanda menguasai seluruh daerah kerajaan di Tanah kaili. Tetapi sebagian besar daripada raja-raja tersebut melakukan perlawanan terhadap tentara Belanda, mereka bertempur dan tidak bersedia dijajah Belanda. Tetapi dengan kelicikan Belanda setelah mendapat bala bantuan dari Jawa akhirnya beberapa raja berhasil ditaklukan, bahkan ada diantaranya yang ditangkap dan ditawan oleh Belanda kemudian dibuang ke Pulau Jawa.

Beberapa alat senjata perang yang digunakan oleh suku Kaili diantaranya : Guma (sejenis parang), Pasatimpo (sejenis keris), Toko (tombak), Kanjai (tombak trisula), Kaliavo (perisai).

Sumber Disini

Mengenal Suku Ambon

Kompas.com

Ambon yaitu suatu suku yang berada di daerah Maluku utara,biasanya orang-orang suku ambon berkulit hitam atau gelap dan berambut ikal,desa adat suku ambon biasanya di bangun sepanjang jalan utama antara satu desa dengan desa yang lainnya dan saling berdekatan atau bisa juga dalam bentuk kelompok rumah-rumah kecil yang disebut dengan ‘SOA’,rumah adt soa di bangun dengan menggunakan tiang atau batang kayu yang tinggi,SOA yang saling berdekatan disebut dengan ‘AMAN’,dan aman yang saling berdekatan di sebut dengan ‘DESA’ ataupun di sebut juga dengan ‘NEGARI’ yang di pimpin oleh seorang raja,dan raja tersebut biasanya di angkat oleh klen-klen tertentu secara turun temurun,pusat negari dapat di lihat dari adanya balai pertemuan,rumah raja,tempat ibadah,took dan kandang peliharaan.Negari-negari ini mengelompok dalam suatu komunitas agama yang berbeda,sehingga timbul dua kelompok masyarakat yang beragama ambon serani dan ambon salam.Dalam kehidupan masyarakat ambon,hubungan persaudaraan atau kekeluargaan terjalin dengan akrab antara satu desa dengan desa yang lain,hubungan kekeluargaan yang terbentuk secara adat dan budaya orang suku ambon yang di kenal oleh orang luar itu di sebut dengan istilah ‘PELA’.pela yaitu suatu ikatan persaudaraan atau kekeluargaan antara dua desa atau lebih dengan tujuan untuk membantu dan menolong satu dengan yang lainnya dan saling merasakan senasib dan sependeritaan.hubungan pela ini di bentuk oleh para datuk ataupun oleh para leluhur dalam ikatan yang begitu kuat,tapi ikatan pela ini hanya terjadi antara desa Kristen dengan desa Kristen dan desa kriten dengan desa salam,sedangkan antara desa salam dengan desa salam tidak terlihat hubungan pela tersebut,meskipun  ada dua agama di suku ambon tetapi hubungan persaudaraan dan hubungan kekeluargaannya yang begitu kuat.

 

·       Mata pencaharian

Pencaharian Orang suku ambon biasanya yaitu menjadi ptani di lading,dalam hal ini orang suku ambon membuka sebidang tanah di hutan dengan cara menebang pohon-pohon dan membakar batang-batang dan juga dahan-dahan kering,lading yang telah di tebang dan di bakar tersebut dan di olah dengan tongkat kemudian di Tanami tanpa irigasi.biasanya yang di Tanami oleh orang suku ambon yaitu kentang,kopi,tembakau,cengkih dan buah-buahan.Selain bertani,orang suku ambon juga berburu babi hutan,rusa dan burung kasuari.mereka berburu dengan menggunakan jerat dan lembing yang di lontarkan dengan jebakan.hampir semua penduduk pantai menangkap ikan,orang suku ambon menangkap ikan dengan berbagai cara,yaitu dengan menggunakan kail,kait dan jaring,perahu-perahu meraka terbuat dari sebatang kayu dan di lengkapi dengan cadik yang di namakan perahu semah.

 

 

·       Upacara adat

Antar sontong

Antar sontong yaitu para nelayan yang berkumpul dengan menggunakan perahu dan lentera untuk menarik perhatian cumi-cumi dari dasar laut mengkuti cahaya lentera dan mereka menuju ke pantai dimana masyarakat sudah menunggu mereka untuk menangkap cumi-cumi dari laut.

Pukul menyapu

Pukul menyapu yaitu adalah acara adat tahunan yang di lakukan di desa mamala-morela yang biasanya di lakukan pada hari ke 7 setelah hari raya idul fitri.

·       Sistem perkawinan

Orang suku ambon mengenal tiga macam cara perkawinan,yaitu:

1.kawin lari

Kawin lari adalah sistem perkawinan yang paling lazim.hal ini terutama disebabkan karena orang suku ambon umumnya lebih suka menempuh jarak pendek untuk menghindari prosedur perundingan dan upacara.kawin lari sebenarnya tidak di inginkan karna di anggap dan di pandangkurang baik oleh kaum kerabat wanita namun di sukai oleh pihak pemuda.

2.kawin minta

Kawin minta adalah perkawinan yang terjadi apabila seorang pemuda telah menemukan seorang gadis yang ingin di jadikan seorang istri,maka pemudaakan memberitahukan hal itu kepada orang tuanya.lalu mereka mengumpulkan anggota keluarga untuk membincangkan masalah itu dan membuat rencana perkawinan.perkawinan ini kurang di minati oleh keluarga yang kurang mampu karena memerlukan biaya yang besar.

3.kawin masuk

Kawin masuk adalah perkawinan dimana pengantin pria tinggal dengan keluarga wanita,sebab utama perkawinan ini yaitu karena kaum kerabat si pria tidak mampu untuk mas kawin secara adat,keluarga si gadis hanya memiliki anak tunggal dan tidak punya anak laki-laki sehingga si gadis harus memasukan suaminya kedalam klen ayahnya untuk menjamin kelangsungan klen,dan karena ayah si pemuda tidak bersedia menerima menantu perempuannya yang disebabkan karena perbedaan status.

Gambar orang-orang suku ambon yang sedang berburu di hutan.


Gambar rumah adat suku ambon


Sumber Disini

ASAL-USUL BAHASA SUNDA

http://bayuharyadi.files.wordpress.com/2010/10/jabar.png?w=300

Bahasa Sunda dituturkan oleh sekitar 27 juta orang dan merupakan bahasa dengan penutur terbanyak kedua di Indonesia setelah Bahasa Jawa. Sesuai dengan sejarah kebudayaannya, bahasa Sunda dituturkan di provinsi Banten khususnya di kawasan selatan provinsi tersebut, sebagian besar wilayah Jawa Barat (kecuali kawasan pantura yang merupakan daerah tujuan urbanisasi dimana penutur bahasa ini semakin berkurang), dan melebar hingga batas Kali Pemali (Cipamali) di wilayah Brebes, Jawa Tengah.

Dialek bahasa Sunda

Dialek (basa wewengkon) bahasa Sunda beragam, mulai dari dialek Sunda-Banten, hingga dialek Sunda-Jawa Tengahan yang mulai tercampur bahasa Jawa. Para pakar bahasa biasanya membedakan enam dialek yang berbeda. Dialek-dialek ini adalah:
  • Dialek Barat
  • Dialek Utara
  • Dialek Selatan
  • Dialek Tengah Timur
  • Dialek Timur Laut
  • Dialek Tenggara
Dialek Barat dipertuturkan di daerah Banten selatan. Dialek Utara mencakup daerah Sunda utara termasuk kota Bogor dan beberapa bagian Pantura. Lalu dialek Selatan adalah dialek Priangan yang mencakup kota Bandung dan sekitarnya. Sementara itu dialek Tengah Timur adalah dialek di sekitar Majalengka. Dialek Timur Laut adalah dialek di sekitar Kuningan, dialek ini juga dipertuturkan di beberapa bagian Brebes, Jawa Tengah. Dan akhirnya dialek Tenggara adalah dialek sekitar Ciamis.

Sejarah dan penyebaran

Bahasa Sunda terutama dipertuturkan di sebelah barat pulau Jawa, di daerah yang dijuluki Tatar Sunda. Namun demikian, bahasa Sunda juga dipertuturkan di bagian barat Jawa Tengah, khususnya di Kabupaten Brebes dan Cilacap. Banyak nama-nama tempat di Cilacap yang masih merupakan nama Sunda dan bukan nama Jawa seperti Kecamatan Dayeuhluhur, Cimanggu, dan sebagainya. Ironisnya, nama Cilacap banyak yang menentang bahwa ini merupakan nama Sunda. Mereka berpendapat bahwa nama ini merupakan nama Jawa yang “disundakan”, sebab pada abad ke-19 nama ini seringkali ditulis sebagai “Clacap”.

Selain itu menurut beberapa pakar bahasa Sunda sampai sekitar abad ke-6 wilayah penuturannya sampai di sekitar Dataran Tinggi Dieng di Jawa Tengah, berdasarkan nama “Dieng” yang dianggap sebagai nama Sunda (asal kata dihyang yang merupakan kata bahasa Sunda Kuna). Seiring mobilisasi warga suku Sunda, penutur bahasa ini kian menyebar. Misalnya, di Lampung, di Jambi, Riau dan Kalimantan Selatan banyak sekali, warga Sunda menetap di daerah baru tersebut.

Fonologi

Saat ini Bahasa Sunda ditulis dengan Abjad Latin dan sangat fonetis. Ada lima suara vokal murni (a, é, i, o, u), dua vokal netral, (e (pepet) dan eu (ɤ), dan tidak ada diftong. Fonem konsonannya ditulis dengan huruf p, b, t, d, k, g, c, j, h, ng, ny, m, n, s, w, l, r, dan y.


Konsonan lain yang aslinya muncul dari bahasa Indonesia diubah menjadi konsonan utama: f -> p, v -> p, sy -> s, sh -> s, z -> j, and kh -> h. 


Undak-usuk
Karena pengaruh budaya Jawa pada masa kekuasaan kerajaan Mataram-Islam, bahasa Sunda – terutama di wilayah Parahyangan – mengenal undak-usuk atau tingkatan berbahasa, mulai dari bahasa halus, bahasa loma/lancaran, hingga bahasa kasar. Namun, di wilayah-wilayah pedesaan/pegunungan dan mayoritas daerah Banten, bahasa Sunda loma (bagi orang-orang daerah Bandung terdengar kasar) tetap dominan. Di bawah ini disajikan beberapa contoh.

Tempat

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
di atas ..di luhur ..di luhur ..
di belakang ..di tukang ..di pengker ..
di bawah ..di handap ..di handap ..
di dalam ..di jero ..di lebet ..
di luar ..di luar ..di luar ..
di samping ..di samping ..di gigir ..
di antara ..
dan ..
di antara ..
jeung ..
di antawis ..
sareng ..

Waktu

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
sebelumsaacansateuacan
sesudahsanggeussaparantos
ketikabasanalika
BesokIsukanEnjing

Lain Lain

Bahasa IndonesiaBahasa Sunda
(normal)
Bahasa Sunda
(sopan/lemes)
DariTinaTina
AdaAyaNyondong
TidakEmbungAlim
SayaUrangAbdi

Tradisi tulisan

Bahasa Sunda memiliki catatan tulisan sejak milenium kedua, dan merupakan bahasa Austronesia ketiga yang memiliki catatan tulisan tertua, setelah bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Tulisan pada masa awal menggunakan aksara Pallawa. Pada periode Pajajaran, aksara yang digunakan adalah aksara Sunda Kaganga. Setelah masuknya pengaruh Kesultanan Mataram pada abad ke-16, aksara hanacaraka (cacarakan) diperkenalkan dan terus dipakai dan diajarkan di sekolah-sekolah sampai abad ke-20. Tulisan dengan huruf latin diperkenalkan pada awal abad ke-20 dan sekarang mendominasi sastra tulisan berbahasa Sunda.

Bilangan dalam bahasa Sunda


Bilangan
Lemes
1hiji
2dua
3tilu
4opat
5lima
6genep
7tujuh
8dalapan
9salapan
10sapuluh

Sumber Disini

Cagar Budaya Megalitik Masyarakat Alor



Dalam sejarah negeri ini, barangkali kita belum pernah mendengar, jika peningggalan atau benda-benda prasejarah mendapat tempat yang terhormat di kelompok masyarakat di suatu daerah. Kalaupun mendengar, tidak lain berasal dari himpunan masyarakat alor, suatu masyarakat yang terbentuk dalam klen/marga yang mengikuti garis keturunan ayah.
Alor adalah sebuah kabupaten di provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), terletak paling timur dalam gugusan kepulauan di sebelah utara wilayah NTT. Julukan pulau Alor juga disebut pulau kenari, pulau Alor juga dikenal sebagai pulau seribu Moko. Kabupaten ini terdiri dari 3 pulau besar, yakni pulau Alor, pulau Pantar, dan pulau Pura, dan sejumlah pulau-pulau kecil tidak berpenghuni ini, memiliki keunikan tersendiri sebagai satu kesatuan dari sebuah daerah administratif. Keunikan inilah yang sempat membuat Magelhaens menyinggahinya, saat berlayar kembali dari Maluku menuju Eropa pada tanggal 12 Januari 1522. Ada cirri khas yang menarik dari masyarakat daerah tersebut, yakni mas kawin. Mas kawin yang dimiliki tidak seperti mas kawin yang umumnya digunakan di daerah lain di NTT. Di NTT, umumnya menggunakan hewan piaraan sebagai mas kawin. Namun tidak demikian dengan masyarakat Alor, masyarakat Alor menggunakan peninggalan benda nenek moyang sebagai mas kawin. Benda yang digunakan mas kawin itu disebut masyarakat setempat dengan nama Moko.
Penggunaan Moko sebagai mas kawin telah berlangsung selama ratusan tahun. Menurut para arkeolog, Moko digunakan oleh masyarakat setempat sejak abad-14 Masehi. Nenek moyang mereka mengawali penggunaan moko sebagai alat tukar, maupun sebagai alat kesenian dalam upacara adat. Dan pada abad-17 Masehi, Moko digunakan oleh Nenek moyang mereka sebagai mas kawin. Penggunaan Moko sebagai mas kawin dalam lingkungan masyarakat adat Alor berlangsung terus hingga sekarang. Posisi Moko sebagai mas kawin sulit, sulit tergantikan oleh benda apapun.
Moko dipercaya sebagai alat yang dapat mengikat tali perkawinan mereka sampai kapanpun. Karena banyaknya pemburuan barang antik yang siap menadah dibawa ke Bali dan seterusnya ke luar negeri, maka jumlah Moko dari waktu ke waktu semakin berkurang. Sejalan dengan pemikiran Herskovits, maka Moko ataupun fungsinya adalah hasil dari kebudayaan begitulah kira-kira. Karena menurutnya benda atau apapun yang termasuk di dalamnya perilaku manusia yang telah berlangsung turun menurun oleh sekelompok masyarakat disebut dengan Kebudayaan.
Kendatipun Moko dianggap sebagai benda yang sakral dan bermakna bagi masyarakat setempat, Moko bukanlah karya terampil dari Nenek moyang mereka. Moko berasal dari daerah Dongson, Vietnam Utara. Moko mulai banyak diproduksi pada kisaran abad-12 Masehi, dan barangkali sampai di Alor akibat persinggungan kebudayaan India yang begitu kuat, seiring dengan masuknya kerajaan Hindu-Budha ke Indonesia. Bagi masyarakat Alor sendiri, sepertinya tidak terpengaruh dengan telaah-telaah ilmiah dengan asal-asul Moko. Bagi mereka Moko berasal dari tanah atau terbentuk dengan sendirinya. Memang terkesan mistik, apalagi anggapan tersebut semakin kuat ketika pada tanggal 20 agustus 1972, moko dengan berukuran besar ditemukan di dalam tanah oleh bapak Simon J Baloldi di desa Kokar, sesuai dengan petunjuk mimpinya. Anggapan tersebut terlalu kuat melekat hingga kini, anggapan tersebut tidak hanya dianut oleh masyarakat adat, tetapi juga kaum intelektual.
Moko terbuat dari perunggu berbentuk drum dengan diameter 40cm-60cm dan tinggi 80cm-100cm, Di sekujur tubuhnya terdapat hiasan tradisional yang bervariasi mencerminkan tahun pembuatannya dan juga mencerminkan kebudayaan asalnya. Orang Alor bisa membedakan sangat baik setiap jenis Moko berdasarkan ragam hias, bentuk, dan ukurannya. Secara umum Moko dapat dibedakan menjadi dua, Moko yang diproduksi sebelum ada pengaruh Hindu di Indonesia dan Moko yang diproduksi sesudah ada pengaruh Hindu. Moko adalah benda masa silam yang lahir dari tangan terampil Nenek moyang. Di zamannya, Moko berfungsi sebagai alat musik tradisional yang digunakan pada waktu upacara adat dan acara kesenian lainnya. Selain itu Moko juga dipakai alat tukar-menukar barang. Dan yang tertinggi, sebagai mas kawin untuk meminang calon mempelai perempuan serta sebagai simbol status sosial masyarakat Alor.
Ada banyak jenis-jenis Moko yang terdapat di daerah ini yakni :
· Moko Jawa Telinga Utuh cap Bintang dan cap Satu Bunga
· Moko balektaha cap Bengkarung
· Moko Malayfana Palili dari Alor Timur
· Moko Makassar Bunga Kemiri Tangan Panjang
· Moko Aimala Kumis Besar
· Moko cap Naga
· Moko cap Bulan Paria
Benda-benda bersejarah ini menyebar di sejumlah kecamatan misalnya :
· Moko Pung di Kecamatan Pantar
· Moko Jawa di Kecamatan Alor Timur dan Alor Selatan dan
· Moko Habartur Piku di Kecamatan Alor Barat Laut
Seseorang peneliti asing Cora Dubois, menjelaskan 4 fungsi Moko yaitu pertama, Moko sebagai simbol status sosial. Memiliki jumlah dan jenis Moko tertentu menunjukan status sosial seseorang dalam masyarakat. Misalnya Moko Malei Tana atau Moko Itkira. Kepemilikan Moko ini mempunyai status sosial yang cukup tinggi dan terpandang. Bahkan orang yang memiliki Moko ini dalam jumlah tertentu akan berpengaruh dalam setiap kepemimpinan tradisional. Kedua, Moko sebagai peralatan belis atau mas kawin. Seorang pria yang hendak menikah menyerahkan sejumlah Moko kepada keluarga perempuan calon istri. Kaun bangsawan menggunakan Moko Malei Tana sebagai Mas Kawin. Orang biasa menggunakan Moko Malei Utangpei yang disebut delapan bobak.
Ketiga, Moko sebagai alat tukar ekonomi. Sejak dahulu orang Alor mengenal Moko sebagai alat tukar seperti uang. Dalam hal ini Moko dapat di tukar dengan barang tertentu secara barter. Hal inilah yang menyebabkan inflasi pada zaman pemerintahan kolonial Belanda sehingga Belanda membuat sistem baru dengan membatasi peredaran Moko. Keempat, Moko sebagai alat Musik. Moko dapat menggantikan fungsi tambur yang terbuat dari kulit kayu dan kulit hewan. Alat musik Gong dan Moko biasa dimainkan untuk pengiring tari-tarian. Dalam perspektif orang Alor, Gong yang berbentuk plat dalam posisi telungkup adalah lambang kewanitaan. Sedangkan Moko berbentuk bulat dalam posisi berdiri adalah lambang kejantanan.

Sumber Disini